Minggu, 20 November 2011

Limbah pertambangan seperti batubara biasanya tercemar asam sulfat dan senyawa besi, yang dapat mengalir ke luar daerah pertambangan. Air yang mengandung kedua senyawa ini dapat berubah menjadi asam. Bila air yang bersifat asam ini melewati daerah batuan karang/ kapur akan melarutkan senyawa Ca dan Mg dari batuan tersebut. Selanjutnya senyawa Ca dan Mg yang larut terbawa air akan memberi efek terjadinya AIR SADAH, yang tidak bisa digunakan untuk mencuci karena sabun tidak bisa berbuih. Bila dipaksakan akan memboroskan sabun, karena sabun tidak akan berbuih sebelum semua ion Ca dan Mg mengendap. Limbah pertambangan yang bersifat asam bisa menyebabkan korosi dan melarutkan logam-logam sehingga air yang dicemari bersifat racun dan dapat memusnahkan kehidupan akuatik.

Selain pertambangan batubara, pertambangan lain yang menghasilkan limbah berbahaya adalah pertambangan emas. Pertambangan emas menghasilkan limbah yang mengandung merkuri, yang banyak digunakan penambang emas tradisional atau penambang emas tanpa izin, untuk memproses bijih emas. Para penambang ini umumnya kurang mempedulikan dampak limbah yang mengandung merkuri karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki.

Biasanya mereka membuang dan mengalirkan limbah bekas proses pengolahan pengolahan ke selokan, parit, kolam atau sungai. Merkuri tersebut selanjutnya berubah menjadi metil merkuri karena proses alamiah. Bila senyawa metil merkuri masuk ke dalam tubuh manusiamelalui media air, akan menyebabkan keracunan seperti yang dialami para korban Tragedi Minamata.





















Penanganan Limbah Udara Industri Pertambangan


Limbah udara merupakan salah satu jenis limbah yang dihasilkan oleh industri pertambangan. Limbah tersebut dihasilkan sebagai emisi atmosferik dari industri tersebut. Jenis komponen yang termasuk ke dalam emisi tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :

• Debu/partikulat
• Gas yang diproduksi oleh proses pembakaran, seperti CO, CO2, NOx, SO2
• Gas alam, seperti metan, yang banyak dihasilkan pertambangan batu bara dan sedikit pertambangan logam
• Coolants, seperti CFCs, yang berasal dari air-conditioners

Dari sejumlah komponen tersebut, emisi debu/partikulat memiliki porsi terbesar dalam kandungan limbah udara kegiatan pertambangan. Debu, pada khususnya, memiliki ukuran partikel 1-10000 mikrometer. Debu tersebut dihasilkan dari aktivitas mekanik pertambangan, seperti pemecahan atau penggerusan batuan, peledakan area tambang, maupun penanganan massa hasil pertambangan. Pada umumnya, sumber utama dari limbah udara tersebut adalah akses pertambangan yang tak diaspal, aktivitas penggalian, pembuangan, operasi sabuk conveyer, serta pembukaan lahan pertambangan.

Adapun penanganan debu tersebut dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap awal dan akhir, berdasarkan besar partikel debu yang dipisahkan.

Tahap awal dikhususkan menangani partikel debu yang berukuran cukup besar berskala milimeter. Alat yang sering digunakan untuk menangani debu pada tahap awal adalah settling chamber (ruang pengendapan) dan siklon, yang dijelaskan sebagai berikut.


Gambar Settling Chamber

a) Settling chamber

Alat ini merupakan teknologi penanganan debu yang telah diterapkan sejak lama. Prinsip dari alat ini adalah pengendapan berdasarkan gaya gravitasi. Alat ini terdiri dari sebuah chamber (kamar/ruang) besar yang terintegrasi dalam aliran pipa gas pertambangan yang mengandung partikel debu yang akan dipisahkan. Keberadaan ruang tersebut akan m

engurangi kecepatan gas yang melewatinya sehingga partikel debu yang cukup besar akan terendapkan di dasar chamber tersebut. Partikel debu yang dapat dipisahkan oleh alat ini berukuran lebih besar dari 60 mm. Alat inipun kemudian difungsikan sebagai pembersih awal (preliminary cleaners) gas dari sistem penanganan debu yang ada. Alat ini dapat dipasang sejumlah tray pada tiap sisi chamber untuk mempersingkat waktu pengendapan partikel debu yang akan dipisahkan sehingga efisiensi pemisahan dan pengumpulan debu menjadi lebih besar. Settling chamber ini memiliki biaya instalasi dan operasi yang murah, namun juga memiliki efisiensi pengumpulan debu overall yang cukup rendah. Berikut ini adalah skema operasi settling chamber yang pada umumnya digunakan oleh industri pertambangan

b) Cyclone (siklon)


Skema Operasi Siklon

Alat ini menggunakan gaya sentrifugal sebagai driving force pemisahan debu dari gas yang akan dihasilkan kegiatan pertambangan. Alat ini memiliki biaya instalasi dan operasi yang rendah, serta memiliki dimensi yang relatif kecil untuk mendukung efisiensinya. Keuntungan tersebut membuat siklon banyak digunakan industri pertambangan untuk mengumpulkan partikel debu yang akan menimbulkan  pencemaran udara. Siklon yang berdiameter kecil akan memberikan gaya sentrifugal sampai 2500 kali dibandingkan dengan gaya gravitasi pada settling chamber. Efisiensi siklon dapat ditingkatkan dengan pengurangan diameter, penambahan panjang siklon, dan penambahan rasio siklon terhadap diameter keluaran gas. Contoh industri yang menggunakan siklon ini adalah Ampol Lytton, industri petroleum refinery di Brisbane, Queensland, dan Alcoa, industri refinery bauksit di Kwinana, Western Australia. Berikut ini merupakan skema operasi siklon tipe vertikal-tangensial inlet yang umum digunakan.

Sumber:






KONSEP PENGELOLAAN PENAMBANGAN YANG BERWAWASAN

LINGKUNGAN



RUANG LINGKUP PENGELOLAAN LINGKUNGAN



Pengelolaan lingkungan memiliki ruang lingkup yang cukup luas dan dan cara yang beraneka ragam pula.



1. Pengelolaan lingkungan secara rutin

2. perancanaan dini dalam melakukan pengelolaan lingkungan suatu daerah dan hal ini menjadi dasar serta tuntutan bagi perencanaan dan pengelolaan dalam lingkungan

3. perancanaan pengelolaan lingkungan diperhitungkan berdasarkan perkiraan dampak lingkungan yang akan terjadi seperti halnya pencemaran perairan akibat aktifitas penambangan yang keterlaluan.

4. perencanan pengelolaan lingkungan untuk memperbaki lingkungan yang mengalami kerusakan, baik karena sebab alamiah maupun karena tindakan manusia.



 PENGELOLAAN PENAMBANGAN YANG ADAFTIF



Dalam melakukan usaha dan kegiatan penambangan, maka banyak sekali gangguan ekosistem yang nantinya akan berdampak pada ketidak stabilan lingkungan, diantara gangguan itu banyak yang tidak dapat diramalkan kapan dan dimana hal itu akan terjadi, berapa besar dan berapa lama hal itu akan tetap terus bertahan, walaupun ada sebagian tanggapan terhadap gangguan ekosistem dapat diramalkan. Akan tetapi tanggapan yang berbeda itu belum dketahui dengan pasti sebabnya. Karena itu hidup memang mesti dihadapi dengan ketidak pastian karena selalu terjadi hal-hal yang dluar dugaan dan perhitungan.

Dalam pengelolaan lingkungan terkadang kita mesti akan dihadapkan pada kondisi dimana kita berbuat salah dimana hal itu akan dipastikan akan adanya tindakan bagi pengelolaan lingkungan yang tidak sesuai dengan kaidah pengelolaan.

Dari kesemua gangguan itu kita dapat belajar untuk itu, gangguan mesti kita ubah menjadi bentuk informasi. Informasi yang kita dapatkan lalu digunakan untuk mengoreksi pengelolaan lingkungan penambangan khususnya, agar lebih sesuai dengan kondisi yang ada. Pengelolaan lingkungan dalam hal ini lingkungan penambangan yang dapat menyesuaikan diri dengan terhadap kondisi yang berubah ubah itulah yang disebut pengelolaan ang bersifat adaptif. Dimana pengelolaan lingkungan yang bersifat adaptif ini akan dapat memperbesar kelangsungan hidup sistem yang kita kelola. Sehingga pembangun lingkungan dapat terus berkelanjutan.



LIMBAH DAN BAHAYANYA



Limbah merupakan suatu bahan yang dihasilkan oleh suatu proses yang tidak dapat digunakan lagi dalam bentuk sampah liar dari suatu lingkungan yang utama terdiri dari air yang dipergunakan hampir 0.4% padatannya berupa benda-benda-benda padat terdiri dari zat-zat organic dan anorganik. Termasuk partikel-partikel besar dan kecil dari benda padat. Sisa-sisa bahan larutan dalam keadaaan terapung dan dalam bentuk koloid dan setengah koloid (Mahida;1992 dan Endang; 1990 dalam Hartati; 2004).

Dengan meningkatnya kuantitas limbah yang dibuang secara terus-menerus baik dilingkungan perairan daratan maupun dilingkungan perairan laut tanpa perlakukan (treatmen) terlebih dahulu maka hal ini akan menimbulkan permasalahan yang menyangkut kesehatan masyarakat atau dikenal dengan pencemaran lingkungan perairan.

Adapun gangguan yang yang disebabkan oleh limbah yang dibuangan tanpa dilakukannya treatmen terlebih dahulu yakni :



1. Timbulnya iritasi

2. menimbulkan bau tak sedap disekitar dilingkungan

3. ketika limbah terakumulasi pada jaringan tubuh hal ini akan mengakibatkan kerusakan organ tubuh tertentu.

4. dapat memacu pertumbuhan kuman patogen yang ada pada media penampung limbah.

5. berkurangnya suplai oksigen dan ini akan mengakibatkan kematian kehidupan dan organisme perairan

6. limbah dalam bentk Lumpur akan mengakibatkan laju penetrasi fotosintesis terhambat dan ini menyebabkan terganggunya pertumbuhan plankton sehingga proses produksi makanan diperairan akan terhambat.



PASIR TAMBANG DAN LIMBAH TAILING

Limbah tailing tambang, adalah limbah hasil proses penambangan yang berbentuk lumpur kental dan pekat, serta dapat pula berupa cairan. Banyak pertambangan di dunia bermasalah dengan tailing mereka. Penyebabnya adalah kandungan logam berat yang tersimpan di perut bumi, ikut terangkat bersama limbah tailing saat dibuang dan juga adanya penambahan bahan kimia. Dalam penambangan emas, perak, dan tembaga, tailing dihasilkan oleh proses penggerusan atau pemisahaan mineral (emas, perak tembaga) dari batuan biji. Batuan biji (ore) dalam jumlah besar dihancurkan hingga mineral yang diinginkan mudah tertangkap. Sekitar 2% sampai 5 % mineral yang diinginkan terdapat dalam batuan biji yang digerus. Sisanya menjadi tailing dan dibuang sebagai limbah. Dalam proses inilah logam-logam berat dan senyawa kimia ikut terbuang ke alam.

Hal serupa juga terjadi pada penambangan pasir dimana limbah tailing yang dibuang lagi keperairan setelah pasir diangkat dari dasar laut, ternyata sangat menggangu ekosistem perairan. Ini terlihat pada kondisi salah satu pulau yang dulunya merupakan daerah penghasil Timah yang cukup besar yakni Pulau Singkep. Karena pasca penambangan timah (walaupun dalam perkembangannya, penambangan timah dibuka kembali karena daerah ini masih menyimpan 200 ton tmah yang berpotensi untuk ditambang selama 20 tahun lagi), penambangan dipulau ini dilanjutkan lagi dengan kegiatan pengerukan pasir sehingga ketebalan sedimentasi lumpur pencucian tailing timah telah melewati kepala lutut kaki orang dewasa, kemudian melebar ketengah laut tidak kurang dari 100 meter dari garis pantai sampai ketitik surut terendah. Sementara luas keseluruhan kawasan pesisir pantai yang terkena sedimentasi lumpur ini diperkirakan tidak kurang dari 20 ha. Sedimentasi dan turbelensi timah tersebut menambah pekat dan keruhnya air laut diperairan pesisir.

Kondisi tersebut bertambah parah dengan keruhnya perairan laut maupun bau busuk yang terkadang menyengat. Tidak lagi bisa kita lihat birunya air dan harumnya udara laut. Semua berganti dengan warna keruh dan bau busuk yang cukup menyengat. Ini terjadi hampir di seluruh kawasan di mana kapal keruk melakukan aktivitas.



Metode pengambilan pasir terbagi dua:



Pertama, dengan melakukan pengerukan sebagaimana halnya buldozer melalulantakkan apa yang dilaluinya. Kabarnya, memang dilarang untuk melakukan aktivitasnya. Dalam investigasi yang dilakukan pun kami tidak menemukan satupun kapal yang menggunakan metode demikian.



Kedua, adalah dengan menggunakan pipa penyedot dengan kekuatan yang besar. Ia akan menyedot apapun yang ada di ujung pipa tersebut. Namun, walaupun metode kedua berbeda, namun hasil yang ditimbulkan tetap saja sama. Pasir yang ada akan tersedot habis ke atas dan sesampainya di atas dipisahkan. Pasir masuk ke bak penampungan dan lumpur dibuang kembali ke laut. Yang patut dicermati, adalah pasir yang tersedot tersebut kemudian meninggalkan lubang. Berdasarkan efek gravitasi kemudian pasir yang di atasnya akan menutup kembali lubang tersebut. Biasanya, secara alami, pasir yang ada memang akan mengisi kekosongan tersebut. Namun, ini terjadi secara alami sehingga perpindahan pasir dari satu tempat mengisi tempat yang lain tidak akan terlalu terasa perubahannya. Namun, apabila proses yang terjadi merupakan sebuah percepatan, maka hasilnya akan berbeda. Pasir yang di atasnya, secara otomatis, turut menyedot dan membuat pantai menjadi curam.

Akibat lebih jauh adalah gerusan ombak dengan leluasa menghajar apa yang ada di pinggir pantai. Bisa dibayangkan, proses pemindahan pasir yang terjadi, secara drastis, dari hari ke hari, bulan, dan dari tahun ke tahun. Proses ini mengalami percepatan yang maha dahsyat dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini. Di sejumlah tempat, abrasi pantai yang terjadi sudah mencapai 35 meter akibat penambangan pasir ini. Bahkan, abrasi juga sudah menelan sebuah pulau, yang dikenal tempat di mana nelayan biasanya berteduh dari hembusan angin yang terkadang tidak bersahabat.



Selain abrasi dan lumpur yang ditinggalkan oleh kapal keruk, maka hal itu beruntun pula dapat mengancam usaha masyarakat yang lain seperti halnya budidaya rumput laut selain itu abrasi juga dapat menghantam dan menghabiskan perkebunan kelapa yang ada dipinggiran pantai. Masih banyak lagi lokasi di mana abrasi telah menggerus pantai yang ada. Inilah bukti tak terbantahkan bahwa ada penyusutan pulau dan abrasi pantai mengalami percepatan dalam 2-3 tahun. Hal ini terjadi karena tingginya aktivitas penambangan pasir yang menjadi penyebab dari kondisi tragis itu melanda.

Belum adanya penelitian yang menyeluruh terhadap berbagai dampak yang ditimbulkan dari penambangan pasir, khususnya terhadap lingkungan, membuat hubungan sebab akibat ini bersifat asumsi. berdasarkan logika berpikir, hal ini bisa diketengahkan dalam melakukan penilaian hubungan sebab akibat yang terjadi dari suatu aktivitas penambangan pasir dan percepatan abrasi yang terjadi.

Kerusakan lingkungan bukan saja terjadi pada pantai, akibat abrasi. Lumpur yang ikut tersedot dan dimuntahkan kembali ke laut merupakan penyebab utama keruhnya perairan. Berbagai jasad renik yang ikut tersedot, secara otomatis, ikut menjadi penyebab munculnya bau busuk yang mengganggu. Dalam kondisi perairan yang sedemikian rupa, pertanyaan yang muncul, adakah kehidupan yang mampu bertahan di dalamnya. Tidak ada satupun dan ini dibuktikan dengan semakin berkurangnya hasil tangkapan nelayan.

Telah tergambar oleh kita dalam melakukan penambangan pasir dilepas pantai maka pembuangan limbah dalam bentuk lumpur kembali keperairan laut tanpa adanya treatmen dan pengolahan terlebih dahulu maka ini jelas akan merugikan terutama bagi para nelayan yang hidupnya tergantung dari hasil laut.

Melihat fenomena tersebut perlu adanya treatment yang rasanya perlu dilakukan pengkajian lagi untuk melakukan pengolahan limbah pasir tambang diperairan lepas pantai.

Yang pasti jika memang kapal-kapal pengeruk pasir tetap mendapat izin untuk beroperasi, maka perlu ditegaskan bahwa didalam kapal-kapal tersebut wajib dilengkapi dengan peralatan pengolahan limbah lumpur yang telah dicuci dan dipisahkan dari pasir. Adapun luaran limbah yang ada dilakukan lagi pengolahan lanjutan didaratan.



TREATMEN PENGOLAHAN LIMBAH LUMPUR

`        Dalam melakukan pengolahan limbah lumpur yang didapat dari hasil cucian tambang pasir ini maka ada beberapa perlakuan yang harus dilakukan yakni perlakukan (treatmen) pertama, treatmen kedua dan treatmen lanjutan. Pengolahn limbah dalam bentuk lumpur inilah dapat dengan jelas terlihat pada treatmen kedua.

Perlakuan pertama-pemisahan fisik benda-benda yang kasar melalui:

1. Penyaringan – yakni memisahkan benda-benda yang didapat dari hasil kerukan atau sedotan entah itu botol, kaleng dan sebagainya. Bahan-bahan ini dapat dibakar dan dihancurkan atau dimungkinkan untuk digunakan sebagai bahan pengisi tanah.

2. Ruang pasir – yakni memisahkan benda-benda padat yang lebih kecil seperti pasir dan kerikil.

3. Sedimentasi (pengendapan) – yakni memisahkan bahan-bahan partikel seperti misalnya lumpur. Pada dasarnya bahan-bahan ini akan dirombak secara hayati melalui penguraian anaerobic dalam pencerna lumpur.

limbah industri :

1.      Gas CO ini berasal dari pembakaran yang tidak sempurna dari gas alam dan material lain yang mengandung unsure karbon. Keberadaan gas ini sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia, karena gas CO akan menggantikan oksigen yang berikatan dengan Hb dalam darah. Ikatan yang terbentuk antara Hb – CO ini lebih kuat 200 kali daripada ikatan Hb – O.Akibatnya oksigen kalah bersaing dengan CO saat berikatan dengan Hb. Kadar oksigen dalam darah akan berkurang, padahal tubuh sangat membutuhkan oksigen untuk proses metabolisme.Gelaja yang ditimbulkan dari keracunan gas CO antara lain :

- Sesak nafas

- Sakit kepala

- Rasa lelah yang amat sangat

- Pusing

- Mual – mual

- Hilang kesadaran

- Kebingunga

- Otot menjadi lemas

- Kematian

2.      CO2 itu sendiri diakibatkan meningkatkan konsumsi fossil fuel. Fossil fuel adalah bahan bakar yang berasal dari fosil tumbuhan atau hewan. Yang termasuk fossil fuel antara lain minyak bumi dan batu bara. Selain itu berkurangnya jumlah hutan di bumi juga turut berperan dalam peningkatan kadar CO2 karena hutan berperan dalam mengubah CO2 menjadi O2.Banyak dampak buruk akibat pemanasan global ini. Dampak yang terjadi merupakan sebuah efekdomino.Karena kadar CO2 meningkat panas matahari terperangkap di bumi, mengakibatkan suhu udara semakin meningkat. Karena panas, suhu air laut menjadi lebih hangat. Hal ini menyebabkan biota laut mati. Suhu air laut yang meningkat membuat es di kedua kutub mencair. Es abadi yang ada di puncak-puncak gunung juga mencair. Pencairan es ini membuat ketinggian air laut meningkat, alias kita semakin tenggelam.Panasnya suhu juga membuat tingkat penguapan tinggi. Tidak hanya di laut tetapi juga di darat. Maka terjadilah kekeringan. Kadar uap air yang tinggi di atmosfer meningkatkan potensi terjadinya badai. Saat badai melewati perairan yang hangat tadi ia akan semakin membesar. Singkatnya akan terjadi badai yang lebih besar dan lebih sering terjadi.Pohon-pohon akan mati karena panas dan kekeringan. Dengan demikian bumi semakin tidak mampu mengubah CO2 menjadi O2. Global warming akan menjadi-jadi. Dan akan menjadi Global Hotting ( Dunia yang panas).

3.     Limbah Tailing adalah material yang tidak terikut dalam pembentukan emas dan perak sehingga menjadi bahan terbuang atau limbah. Setelah dilakukan proses detoksifikasi in, maka konsentrasi atau kadar logam dan zat berbahaya di dalam tailing telah diturunkan di bawah Nilai Ambang Batas atau threshold limit. Secara logika jika telah di bawah NAB maka tailing ini dinyatakan aman untuk ditempatkan di palung laut. Tailing sendiri memiliki karakteristik komposisi sekitar 50% lumpur batuan dan 50% air. Untuk tailing PTNMR, diketahui bahwa komposisinya adalah lempung silika, 45-50% padatan dengan densitas kurang lebih 1,336 kg/m3 pada suhu 40oC sampai 50oC. Padatan tailing terdiri atas partikel yang sangat halus, lebih dari 93 % partikel (93% partikel padat dalam tailing berukuran lebih kecil dari 74 mikron, sisanya lebih besar dari 74 mikron) tersebut akan berukuran lebih halus dari 74 mikron.

4.     Air sadah Isitilah softening dalam istilah teknik lingkungan sangatlah familiar, hanya saja kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi pelunakan mungkin banyak yang tidak mengerti, sehingga kadangkala istilah-istilah asing yang sudah familiar ditelinga kita memang sebaiknya tidak diterjemahkan agar tidak menimbulkan salah pengertian. Saya mencoba menerjemahkannya menjadi pelunakkan, karena pada beberapa literatur yang berbahasa Indonesia saya menjumpai kata pelunakkan tersebut yang merupakan terjemahan dari softening.
Ada beberapa jenis proses pengolahan yang dapat digunakan untuk melunakkan air. Pada setiap proses pengolahan, hasil akhir yang diharapkan adalah sama. Air yang dilunakkan harus mempunyai suatu kesadahan (hardness) sekitar 80 hingga 90 mg/L sebagai kalsium karbonat (CaCO3). Jika air yang dilunakkan lebih lanjut (seperti dalam proses pertukaran ion/ion exchange), air sadah harus dicampur dengan air yang dilunakkan untuk mencapai tingkat kesadahan yang diinginkan. Air terlalu lunak (soft) juga tidak terlalu baik, karena air mineral salah satu unsurnya adalah calsium, tetapi terlalu tinggi juga tidak baik karena dapat menyebabkan air sabun tidak dapat berbusa serta dapat menyebabkan karatan pada pipa.

5.     Pada dasarnya, merkuri/raksa (Hg) adalah unsur logam yang sangat penting dalam teknologi di abad modern saat ini merkuri adalah unsur yang mempunyai nomor atom 80 serta mempunyai massa molekul relatif 200,59. Merkuri diberikan simbol kimia Hg yang merupakan singkatan yang berasal dari bahasa Yunani Hydrargyricum, yang berarti cairan perak (Alfian, 2006). Kebanyakan merkuri yang ditemukan di alam terdapat dalam bentuk gabungan dengan elemen lainnya, dan jarang ditemukan dalam bentuk elemen terpisah. Komponen merkuri banyak tersebar di karang-karang, tanah, udara, air dan organisme hidup melalui proses-proses fisik, kimia dan bahan biologi yang kompleks                                                            .

Beberapa sifat merkuri adalah sebagai berikut:                                   .
1) Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair pada suhu kamar (250C) dan mempunyai titik beku terendah dari semua logam, yaitu -390C.
2) Merkuri mempunyai volatilitas yang tertinggi dari semua logam.
3) Ketahanan listrik merkuri sangat rendah sehingga merupakan konduktor yang terbaik dari semua logam.                                                  .
4) Banyak logam yang dapat larut di dalam merkuri membentuk komponen yang disebut amalgam (alloy).                                 .         
5) Merkuri dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua makhluk hidup (Fardiaz, 1992)                                                  .

Merkuri terdapat sebagai komponen renik dari banyak mineral, dengan bantuan continental yang rata-rata mengandung sekitar 80 ppb atau lebih kecil lagi. Sinabor, merkuri sulfida, HgS, yang berwarna merah merupakan bijih merkuri utama yang diperdagangkan. Bahan bakar batu bara fosil dan lignit sering mencapai 100 ppb merkuri, bahkan lebih (Achmad, 2004:100).

6.      Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfurdioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristikbau yang tajam dan tidak mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.Pembakaran bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah relatifmasing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar. JumlahSO3 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai berikut :

S + O2 < ——— > SO2

2 SO2 + O2 < ——— > 2 SO3

SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika konsentrasi uap air sangatrendah. Jika uap air terdapat dalam jumlah cukup, SO3 dan uap air akan segera bergabung membentuk droplet asam sulfat (H2SO4 ) dengan reaksi sebagai berikut :

SO SO2 + H2O2 ———— > H2SO4

Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO3 melainkan H2SO4 Tetapi jumlah H2SO4 di atmosfir lebih banyak dari pada yang dihasilkan dari emisi SO3 hal ini menunjukkan bahwa produksi H2SO4 juga berasal dari mekanisme lainnya. Setelah berada diatmosfir sebagai SO2 akan diubah menjadi SO3 (Kemudian menjadi H2SO4) oleh proses-proses fotolitik dan katalitik Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu dan distribusi spektrum sinar matahari, Jumlah bahan katalik, bahan sorptif dan alkalin yang tersedia. Pada malam hari atau kondisi lembab atau selama hujan SO2 di udara diaborpsi oleh droplet air alkalin dan bereaksi pada kecepatan tertentu untuk membentuk sulfat di dalam droplet.

SUMBER DAN DISTRIBUSI

Sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga bagian lagi berasal dari sumber-sumber alam seperti vulkano dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. Masalah yang ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah dalam hal distribusinya yang tidak merata sehingga terkonsentrasi pada daerah tertentu. Sedangkan pencemaran yang berasal dari sumber alam biasanya lebih tersebar merata. Tetapi pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber pencemaran Sox, misalnya pembakaran arang, minyak bakar gas, kayu dan sebagainya Sumber SOx yang kedua adalah dari proses-proses industri seperti pemurnian petroleum, industri asam sulfat, industri peleburan baja dan sebagainya. Pabrik peleburan baja merupakan industri terbesar yang menghasilkan Sox. Hal ini disebabkan adanya elemen penting alami dalam bentuk garam sulfida misalnya tembaga ( CUFeS2 dan CU2S ), zink (ZnS), Merkuri (HgS) dan Timbal (PbS). Kerbanyakan senyawa logam sulfida dipekatkan dan dipanggang di udara untuk mengubah sulfida menjadi oksida yang mudah tereduksi. Selain itu sulfur merupakan kontaminan yang tidak dikehandaki didalam logam dan biasanya lebih mudah untuk menghasilkan sulfur dari logam kasar dari pada menghasilkannya dari produk logam akhirnya. Oleh karena itu SO2 secara rutin diproduksi sebagai produk samping dalam industri logam dan sebagian akan terdapat di udara.

7.      Batuan limbah (overburden) adalah batuan permukaan atas yang dikupas untuk mendapatkan batuan bijih atau batuan yang mengandung emas. Selanjutnya ada tailing - bijih emas yang sudah diambil emasnya menggunakan bahan kimia - diantaranya Merkuri atau Sianida.

8.      Mineral atau senyawa kimia yang dapat bereaksi sehingga mengkonsumsi sianida sehingga dikenal dengan sebutan cyanides. Sesuatu yang bereaksi dengan oxygen di dalam larutan sianida selama proses leaching disebut oxygen consumers. Keduanya sama-sama tidak diharapkan selama proses produksi berlangsung.

Unsur-unsur ekstra pengganggu, seperti digambarkan di atas di antaranya :

a.       Mineral tembaga, akan larut dalam larutan sianida dan menyebabkan peningkatan penggunaan sianida, tembaga-sianida kompleks yang terbentuk akan cenderung menghambat pembubaran emas dalam larutan sianida.

b.      Zink, unsur yang digunakan untuk mengendapkan emas dari solusi, jika hadir dalam bijih, akan bereaksi dengan sianida untuk membentuk senyawa sianida seng.

c.       Unsur lain adalah nikel, meskipun tidak sampai mengganggu emas masuk ke solusi, melainkan pengendapan emas dari larutan sianida.

d.      Arsenik dan antimon lakukan adalah mempresentasikan masalah yang lebih besar, dengan bereaksi dengan sianida dan menggunakan semua kelebihan oksigen, hanya menyisakan sedikit atau tidak ada oksigen untuk efek pembubaran emas.

9.      Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Produksi dunia asam sulfat pada tahun 2001 adalah 165 juta ton, dengan nilai perdagangan seharga US$8 juta. Kegunaan utamanya termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak.

10.  Kadmium, termasuk senyawa toksik yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Wikipedia mencatat rekaman medis bahwa menghirup kadmium dalam dosis tinggi dan akumulatif dapat menyebabkan tracheo-bronchitis, pneumonitis, dan pulmonary edema. Paparan kadmium juga diasumsikan dapat menyebabkan kanker.

Pada kulit, belum ada penelitian sahih (tsah!) yang menyebutkan kadmium sebagai penyebab alergi kulit. Tapi, saya berhasil menemukan indikasi bahwa kadmum sulfida menyebabkan bercak merah pada kulit. Kadmium sulfide digunakan dalam tinta tatoo berwarna kuning. Zat ini dianggap berbahaya bagi kulit karena menimbulkan reaksi alergi, terutama saat kulit terpapar sinar matahari.


1 komentar: